Rabu, 18 Mei 2011

Coba Jadi Penulis 2

Lupus Sahabatku yang Nakal
‘Siti Nurmaratus’
Riwayat kesehatan saya begitu panjang, bagai safari kehidupan yang tidak kunjung bertemu ujungnya. Pernah menderita penyakit kuning saat saya duduk dibanku sekolah TK. Gejala penyakit ini kembali kambuh sejak saya masih siswi SMA dan berlanjut hingga saya beranjak dewasa. Saya kerap mengalami sakit perut yang tidak biasa, dan itu sering saya rasakan meskipun tidak mengalami datang bulan. Selain itu rasa pusing yang tidak biasa juga sering menyerang, dan diikuti oleh badan yang mulai melemah. akhirnya saya memberanikan diri dengan memeriksakan kesehatan ke dokter umum pada saat itu, seperti biasanya sang dokter mendiagnosa saya menderita penyakit Mag biasa. Tapi, safari kesehatan saya tidak hanya berhenti disitu saja, akhirnya safaripun berlanjut, dengan saya sering memeriksakan diri ke dokter. Karena, pada saat itu tekanan darah dan HB saya selalu menunjukkan tanda dibawah standar bisa dibilang cukup rendah dan tidak stabil.
Safari kehidupan sayapun berlanjut, ketika ada seorang pria menaruh hati pada saya. rasanya saya tertawa dalam hati, pria ini nekad ingin menikahi saya. Maka, mulai terbukalah tabir tentang penyakit saya yang sebenarnya. Walau saat itu belum ada kejelasan tentang penyakit apa yang saya derita ini.  Anehnya, semakin pria itu tahu siapa diri saya, semakin nekat ia mendekati saya dan semakin serius dalam menjalani hubungan, akhirnyapun kami menikah.
Janin itu Pun Lepas
Beruntung penyakit yang kuderita tak menghambat hubungan suami-istri dan mendapatkan anak. Maka setelah menikah enam bulan, saya berganti konsultasi kepada dokter kandungan dengan harapan bisa segera hamil. Namun, diagnosa dokter kandungan cukup membuat khawatir saya dan suami saat itu, karena kandungan saya dinyatakan dalam kondisi lemah dan sayapun dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kandungan. Safari demi bisa hamil tetap saya lakukan hingga menginjak waktu tujuh bulan dari masa menjalani pemeriksaan rutin tapi masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Saya mulai sedikit lelah menjalani pemeriksaan rutin itu, akhirnya pemeriksaan saya hentikan berdasarka perijinan dari suami. Hampir putus asa, sempet mendera jiwa karena saya sempat berfikir, apakah karena usia saya menikah memang dirasa sudah cukup terlambat yaitu 36 tahun dan hal itu mempengaruhi kesuburan kandungan saya saat itu. Namun, saya dan suami tidak mudah larut dan menyerah dalam sebuah rasa putus asa, akhirnya safari demi mendapatkan sang buah hati tetap kami lanjutkan. Maka, tepatnya pada bulan April tahun 2000, saya dinyatakan positif hamil. Sungguh bagaikan ketiban bulan saya dan suami menyambut dengan suka cita, namun ternyata ada rencana lain dari Alloh S.W.T. terhadap keluarga kecil yang baru kami bina saat itu, saya mengalami keguguran dan janin dalam kandung saya hanya bisa bertahan selama 10 minggu saja.
Tepatnya pada tahun 2003, saya dinyatakan hamil kembali. Saya bahagia karena akan mendapat keturunan dan sebagai wanita, saya merasa paling sempurna di dunia. Pada kehamilan yang kedua, saya sangat berhati-hati menjaganya, bahkan safari dalam melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin mulai saya lakukan kembali. Dikarenakan keadaan kandungan begitu lemah, hal itu terbukti dengan hasil tekanan darah saya yang selalu berada di bawah 100/70-10 dengan HB menunjukkan angka selalu dibawah 10. Dengan kondisi yang seperti itu, kebahagiaan itupun lenyap saat dokter kandungan mengatakan jika saya keguguran kembali. Saya hanya berhasil mempertahan kandungan hingga berusia 18 minggu saja.
Pada saat kegugugran yang ke dua, tensi darah saya menunjukkan angka yang sangat rendah sekali yaitu 86/66 dan tidak memungkinkan bagi saya melewati proses kuret tanpa pembiusan, guna membersihkan rahim calon jabang bayi yang masih menempel di dalam rahim.
Keluhan yang Tidak Kunjung Membaik
Pasca melakukan kuret, saya merasa jauh lebih baik serta kondisi badan saya jauh lebih sehat, itulah yang saya rasakan. Aktifitas sehari-hari kerap saya lakukan seperti biasanya, baik rutinitas dikantor maupun dirumah. Maklum selain menjadi ibu  rumah tangga, saya juga bekerja dikantor pemerintahan desa yang jaraknya tidak terlalu jauh karena bisa ditempuh dengan jalan kaki dari rumah.
Penderitaan belum juga usai, dan tampak tidak ingin pergi dari kehidupanku. Penyakitku kambuh,  Walau tidak pernah tahu secara jelas penyakit apa yang saya derita ini. Saat itu, saya memang terlampau letih yang teramat sangat karena rutinitas sehari-hari. Pusing yang tidak  biasa kerap saya rasakan serta sakit perut yang sering mendera. Akhirnya saya pergi ke salah satu dokter umum guna memeriksakan keadaan kesehatan yang sering melemah. Sesuai diagnosa dokter saya dinyatakan sakit mag biasa karena makan yang kurang teratur serta pusing karena terlalu kelelahan saja. Semua itu saya anggap hal yang biasa, dengan bantuan obat dari dokter saya bisa tidur dengan nyenyak tanpa keluhan apapun yang mendera. Seakan-akan semua keluhan itu menghilang dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Safari penderitaan saya belum berakhir hanya dengan keluhan pada lambung dan pusing saja. Bagaikan mendapatkan goresan sembilu yang tajam, yang mengonyak-ngoyak mulut dan bibir saya saat itu, membuat saya sulit merasakan nikmatnya rasa manis, dan gurih. Sariawan yang tidak kunjung sembuh, dan hal itu saya rasakan selama empat bulan lamanya dan cukup membuat berat badan menurun secara drastis. Mulanya saya anggap hanya sakit sariawan ringan yang akan segera membaik. Tapi, ternyata itu bukan sakit sariawan biasa.
Banyak alternatif serta saran dari teman dan sanak sodara yang saya lakukan guna menyembuhkan sakit sariawan yang saya derita saat itu. Akhirnya, saya pergi ke Puskesmas terdekat dan saya ikuti anjuran dari dokter. Selain itu, safari penyembuhan tetap saya lakukan dengan cara minum obat tradisional, tapi tetap saja itu semua tidak membuat sakit sariawan yang saya derita kunjung membaik dan malah jauh dari kata sembuh.
Apa Sebenernya yang Saya Derita?
Hal ini mengkhawatirkan saya karena saya menemukan bahwa saya mulai sulit menemukan cara perawatan jika saya tidak tahu sifat penyakit saya di luar gejala-gejala yang tampak. Kemudian pada bulan April 2008, Memberanikan diri itu yang saya lakukan. Selain dukungan dari keluarga, akhirnya teman saya yang tidak berhenti memberikan dukungannya mengajak saya untuk memeriksakan kondisi kesehatan ke rumah sakit umum (RSU). Berbekal surat rujukan ke Poli dalam, akhirnya safari pencarian apa penyakit yang saya derita membawa saya bertemu dengan Dokter Putra. Begitu banyak tanda tanya bersemayam dibenak saya saat itu. Dr.Putra menanyakan secara rinci bagaimana riwayat penyakit saya sejak kecil, akhirnya, terbukalah riwayat penyakit yang saya derita.
Pernah mengidap penyakit kuning, mulai dari jadwal datang bulan yang tidak teratur,  nyeri pada lambung yang tidak biasa, mudah terserang pusing dan kondisi tubuh cepat melemah, semua itu saya ceritakan kepada Dr.Putra. Tidak lupa disaat saya diserang penyakit kulit dan sakit gigi yang tak kujung membaik pula, itu juga saya ceritakan kepada Dr.Putra. hingga pada titik akhir, saya menderita sariawan yang cukup lama. Dengan begitu seksama Dr.Putra mendengarkan semua riwayat penderitaan saya dengan penyakit yang belum jelas itu. Safaripun berlanjut dengan sebuah pengantar dari Dr.Putra untuk melakukan tes darah ke laboratorium RSU serta tes ke laboratorium kawi.
Kurang lebih hampir selama 18 tahun saya hidup dengan bayang-bayang penyakit yang tidak pernah jelas. Karena diagnosa dokter umum saat itu, yang selalu berbeda dan hanya menunjukkan diagnosa yang biasa aja, membuat saya tenang dalam menyikapinya walau gejala-gejala itu kerap kambuh. Selama 18 tahun juga saya bertanya-tanya, sebenarnya penyakit apa yang saya derita. Berbekal surat pengantar dari Dr.Putra, akhirnya sayapun pergi ke laboratorium tersebut.
Sungguh sudah jatuh masih tertimpa tangga pula, mungkin itu metafora yang pas buat menggambarkan keadaan saya saat itu. Hasil laboratorium menyatakan bahwa saya positif menderita Lupus.
Depresi Menyerang saya
Syok berat, itulah yang saya rasakan, karena diberi tahu oleh dokter bahwa, sementara saya hanya bisa lebih sehat dengan gejala-gejala lupus saya yang bisa berkurang dan itu berarti saya tak akan pernah benar-benar sembuh. Depresi berat, baik secara fisik maupun psikis sehingga hal itu benar-benar membuat kegiatan rutin saya terganggu. Demikian pula yang terjadi kepada suami saya, depresi sempat menyerang dia juga.
Depresi berat saya rasakan hanya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Penjelasan dari dokter saat itu tentang apa penyakit lupus itu, sedikit banyak membuat saya dan suami lebih baik dalam menyikapinya. Banyak saran-saran kesehatan yang dianjurkan demi mengurangi penderitaan dari sahabatku lupus yang nakal ini dan semua itu saya lakukan dengan sabar dan penuh keberanian. Tidak terlarut dalam keterpurukan yang begitu lama, karena saya dan suami, menyadari bahwa ini semua adalah kehendak dari yang Alloh SWT. Dan kamipun pasrah dan berserah diri kepada-Nya.
Dukungan Pun Berdatangan
Berbagai anjuran demi kesembuhan saya lakukan, hingga pada akhirnya saya dianjurkan untuk melakukan Biobsi, tapi proses itu berjalan kurang baik dan urung dilaksanakan karena dalam proses biobsi menyatakan bahwa posisi ginjal saya tidak berada pada tempatnya sesuai anatomi tubuh yang sebenarnya.  Demi menjalankan proses tersebut, sebelumnya haruslah mendatangkan dokter anatomi terlebih dahulu. Untuk mengatasi hal tersebut dan demi meringkan penderitaan saya dengan lupus yang nakal itu, dokterpun memberi obat ginjal dan menganjurkan saya untuk memperbanyak minum air putih sebagai langkah antisipasi saat itu.
Mungkin karena penderitaan ini telah panjang saya lalui, maka semuanya saya hadapi tanpa beban. Saya tahu semua orang merisaukan kondisi saya saat itu, terutama keluarga dekat saya. Namun, banyak teman-teman yang bersimpati dengan kondisi saya, sehingga saya dan suami akhirnya bisa menerima keadaan terebut dengan tawa.
Tabah, itulah yang saya lakukan. Saya mulai menggerjakan rutinitas saya baik dikantor maupun dirumah sebagaimana biasanya saya lakukan. Tidak berhenti bersafari untuk mencari tahu tentang penyakit lupus yang saya derita, terus saya lakukan dengan penuh kesabaran dan keberanian. Karena hanya dengan cara itulah saya merasa jauh lebih baik karena saya menjadi tahu, harus bagaimana memperlakukan sahabat lupus saya yang nakal itu.
Dukungan berdatangan membuat saya lebih bisa menerima keadaan, karena semua dukungan yang saya terima selalu mengarahkan untuk selalu berfikir positif, bahwa segala macam bentuk penyakit yang diberikan oleh Alloh SWT. Adalah coba’an yang harus kita hadapi dan disikapi dengan ketabahan. Selalu berdoa dan memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, itulah yang saya lakukan.

**hub@hub@ ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hub@hub@ Omen tunggu komentarnya yaa...^_^