“..........Maap banget..Mas Raka...........,
jawaban Pritta sampaikan melalui sepucuk surat terkhir ini.......”
“Pritta, brangkat ke kampus dulu yach Sita.......” (sambil persiapan pergi mengenakan Almamater kampus)
“He’!!..sepagi ini, gak salah loh...!!(jam menunjuk kan pukul 03.00 WIB dini hari)
“iya, coz pritta mesti buka studio foto sit....?? ama temen-temen, kamu lupa kah, sekarang kan ada wisuda di kampus, gimana sich..?! kan mesti cari tempat buat diri’in stand fotonya” (sambil memakai sepatu kota-kotak hitam seharga Rp.198.900)
“oooooiiyaa...lupa aku,yaa... dach!! Ati-ati yawww..., sukses!!!!!”(sambil narik selimut dora kembali pergi tidur......)
Sepagi itu Pritta bergegas ke kampus, dan menemui teman-temannya yang sudah menunggu dia untuk memnyiapkan studio foto di kampus. Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB dimana jalan-jalan di depan kampus sudah sempit dan ramai para penjual jajanan dll. Setelah tak lama kemudian terlihatlah para wisudawan dengan baju kebesaran mereka berjalan terburu-buru menuju Aula kampus.
Wisuda kali ini cukup membuat Pritta deg deg degan.........
“Huhh....!!!.., semoga semuanya hari ini lancar, tak ada air mata yang menetes di pipi tak ada tangisan kesedihan dan semoga studio fotonya juga di beri kelancaran, laris manis eeeiii...Amin!!!” (gumam Pritta......., sambil terus membagi-bagikan brosur mencari pelanggan yang mau foto di studio fotonya)
“Wah orang itu ooooohhhh...harus kwat gak boleh nagis kwat kwat ayo pritt.......!!! semangat-semangat!!!!! Kamu pasti bisa eeiii.....” (gumam Pritta, ketika melihat orang yang dicintainya berjalan memakai baju kebesaran wisuda menuju studio fotonya...)
Maklumlah, Pritta mempunyai seorang mantan pacar yang sulit untuk dilupakan dalam hidupnya Raka namanya. Mereka pacaran hampir 3 tahun 2 bulan dan terpaksa harus putus hanya karena si cowok harus bertunangan dengan cewek lain.Lebih tepatnya mereka terpaksa berpisah karena keadaan, Semata-mata demi kebahagiaan, Pritta rela memutuskan jalinan cintanya walaupun itu menyakitkan keduanya. Raka adalah kakak tingkat Pritta di kampus dan dia melaksanakan wisuda pada hari dimana Pritta mendirikan studio foto wisudanya pada saat itu.
“hai..!! ...gimana rame aaa studio fotonya, sapa Raka....ama Pritta dan temen-temennya”.
“ehhh.... Mas Raka, selamat yaw.. wisuda sekarang eei.....,entar jangan lupa foto disini ya.....oya jangan lupa ajak teman-temanmu juga yawww hehhehehheee......” (sahut Pritta dengan senyum yang mengembang diwajahnya, seolah tak pernah terjadi apa-apa)
Waktupun berlalu, akhir selesailah upacara wisuda’annya, tibalah dimana para penggiat studio foto mulai menggaet para wisudawan, salah satunya Pritta dan teman – temannya.
Entah sengaja atau memang Pritta terlalut dalam aktivitasnya mencari pelanggang foto, hingga ketika Raka foto distudio fotonya, Pritta pun tak tahu akan hal itu. Hingga pada akhirnya dengan keadaan yang tidak terduga, ternya Raka membawa segenap keluarga besarnya serta keluarga calon istrinya untuk foto bersama distudio fotonya Pritta dan teman-temannya.
“ayooo, Pritt....foto bareng, Raka udah nungggu tuh, ayowww.....” (ajak salah satu teman Pritta, dengan semangatnya). “ohh.... iya, duluan ess...., aku bantu temen-temen dulu diluar, kalian foto aja dulu ama Raka, entar aku nyusul yaww.....” (jawab Pritta, sembari menahan sesak, agar tidak menangis ketika melihat calon istri Raka).
Tak kuasa menahan tanggis, akhirnya Pritta menyibukkan diri dengan aktifitasnya diluar studio fotonya. Ditulislah sepucuk surat oleh Pritta, sepucuk surat terakhir buat Raka. Dimana disurat itu berisi jawaban yang menyangkut pertanyaan Raka kepada Pritta,
“Pritta sudah ikhlas lahir batin menerima keadaan ini, jadi Pritta berharap Mas Raka juga bisa menerima keadaan yang sudah ditentukan ini, tak usahlah Mas Raka berpura – pura bahagia dengan ini semua begitupun Pritta, yang jelas ini yang terjadi dan ini yang sudah digariskan oleh keadaan, Pritta berharap ini semua akan membawa hikmah bagi kita berdua, janganlah Mas Raka berpura-pura lagi tapi jalanilah semua ini dengan ikhlas dan biarkan waktu yang menjawab ini semua, terima kasih Mas Raka, terimakasih atas semuanya”. (Prittta menulis dibalik dinding aulah dengan melihat, calon istri Raka, sambil seketika dia meneteskan air mata di atas kertas putih itu yang tergores oleh pensil)
Itulah jawaban dari Pritta dimana Raka sudah menunggu – nunggu jawaban itu. Akhirnya, diberikanlah surat itu kepada Raka pelantara teman Raka.
Seperti tidak terjadi apa - apa, dengan perasaan yang terkoyak Pritta mendatangi, Raka dan teman-temannya dan foto barenglah mereka. Raka dan Pritta foto bareng dengan perasaan yang campur aduk keduanya, hanya senyum diwajah yang terlihat, walupun sesak didada yang terasa.
“Ayowww...., sini aku mau foto dengan Mas Raka, ayowww lagi rame - rame ......,foto yang banyak yawww huhuhuuuu.......” (teriak riang Pritta.....) ibarat pepatah, cinta tak harus memiliki hehehhehe......(gumam Pritta).