Rabu, 18 Mei 2011

Coba Jadi Penulis 1

Ketika aku bersaksi dengan temanku lupus yang nakal
‘Siti Ngatminah’
           Awal mula gejala yang saya rasakan adalah lemas, badan kurus, hitam, tidak nafsu makan, cuek pokoknya perubahan 75 % dari keadaan sehat dan normal. Sempat terfikir dalam benak saya, apakah karena dulu pernah melakukan operasi kandungan tepatnya pada 31 Januari 2005 dikarenakan indung telur sebelah kiri saya mengalami kerusakan. Setelah pasca operasi tersebut, barulah saya merasakan jika adanya perubahan dalam kondisi tubuh saya yang tidak sebagaimana mestinya, dan perubahan itu sangat terasa sekali.
Dulu saya ini adalah seorang wanita yang pekerja keras, tidak pernah mengenal lelah dalam menjalankan semua kegiatan saya, akan tetapi semua itu telah berubah pasca operasi itu saya lewati. Sekarang saya merasa rasa capek itu lebih sering datang menyerang saya, selain itu perubahan berat badan yang semakin mengalami banyak penurunan dan membuat badan saya semakin terlihat sangat kurus.
Saya bekerja diinstansi pemerintah, dan saya mempunyai 2 orang anak kebetulan mereka perempuan semua. Saya sangat bersyukur kepada Alloh SWT. karena selama sakit, pendampingan oleh orang-orang yang mencintai saya, seperti halnya suami dan anak-anak saya selalu ada setiap saat. Selama saya terpuruk akan sakit  yang belum jelas, yang tengah saya derita pada saat itu. Mereka merawat sepenuh hati serta yang tidak pernah terlewatkan yaitu motivasi yang mereka berikan kepada saya, agar tetap semangat untuk sembuh dari ketidak kejalasan kondisi saya pada saat itu.
Disisi lain pekerjaan saya yang selalu menuntut saya untuk selalu berinteraksi dengan orang banyak, berhubungan dengan masalah rupiah, serta tak jarang juga lepas dari komputer, serta alat pendukung pekerjaan saya lainnya. Dengan berjalannya waktu semua itu menjadi sulit untuk saya kerjakan, dikarenakan bertambah menurunnya kondisi kestabilan tubuh saya pada masa itu.

Depresi
Pada suatu saat yang sama sekali tidak saya inginkan, terjadi perubahan yang aneh pada tubuh saya. Wajah dan Kedua sahabat pena saya yaitu kedua tangan saya mengalami perubahan warna, yang biasanya kecoklatan sawo matang kini berubah warna menjadi hitam dan mengeras, seperti seonggok kayu. Hal berbedapun saya alami kembali, pada saat selesai mencuci dengan seketika jari jemari tangan membengkak dan berwarna kebiruan. Hingga pada akhirnya berkat saran dari pihak keluarga akhirnya sayapun pergi ke dokter keluarga membawa Asuransi Kesehatan (ASKES) ditangan. Sesampainya ditempat tujuan saya menemui dokter keluarga dan saya mendapatkan rujukan dari beliau untuk pergi ke sebuah Rumah Sakit Umum (RSU) dengan tujuan kepoli penyakit dalam pada tanggal 25 Juli 2007 dan setelah pemeriksaan berlangsung akhirnya, saya dinyatakan dengan diagnosa dokter saya mengidap Rhematik, dan kemudian beberapa obatpun diberikan kepada saya yaitu, Corolo, Hytrin, Graham, Aspilet. Demi lebih meyakinkan penyakit saya saat itu, akhirnya sayapun di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan di Laboratorium, dan hasilnya cukup membuat jantung saya berdebar. Hasil tes laboratorium menyatakan bahwa Kolesterol total dalam tubuh saya yaitu 215, HDL 45, LDL 164, Trigliserida 185, SGOT 31, SGPT 27, Lekosit 6.500, Trombosit 346.000. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, akhirnya demi lebih menyakinkan saya untuk akan penyakit yang saya derita itu, sayapun akhirnya melakukan pemeriksaan selanjutnya.  Tepat pada tanggal 13 Agustus 2007, saya melakuan sebuah meperiksaan lanjutan dengan ANA Test untuk lebih menyakinkan kembali mengenai penyakit yang saya derita saat itu. Tanpa diduga hasil dari ANA Test tersebut cukup membuat saya depresi, karena menunjukkan hasil bahwa (ANTI-SS-A/SS-B) dan dinyatakan positif saya menderita penyakit LUPUS.
Apa sebenernya penyakit saya itu
Setelah beberapa minggu, saya hidup bersama suatu penyakit yang tak bernama, hal ini mengkhawatirkan saya karena saya menemukan bahwa saya mulai sulit menemukan cara perawatan jika saya tidak tahu sifat penyakit saya di luar gejala-gejala yang tampak. Di pihak lain saya mengatakan pada diri saya bahwa ada suatu keuntungan dari ketidak tahuan itu, sepanjang penyakit itu tidak punya nama, saya tidak takut untuk percaya bahwa tak ada obat untuk menyembuhkannya. Tanpa label, penyakit saya tidak punya kekuatan besar terhadap saya. begitulah saya seolah-olah memberi semangat pada diri saya sendiri saat itu.
Setelah saya menjadi begitu sakit, dan saya mengetahui jika saya menderita lupus. Setelah akhirnya mendengar satu nama dipakai untuk nama penyakit yang saya derita, rasanya sedikit lega dalam benak saya bercambur syok. Saya lega dalam hal bahwa saya akhirnya punya satu diagnosis untuk disampaikan kepada orang-orang yang tidak sabar terhadap sebab penyakit yang tampaknya belum punya dasar  dan tanpa label. Dan, saya syok karena diberi tahu oleh dokter bahwa, sementara saya hanya bisa lebih sehat dengan gejala-gejala lupus saya yang bisa berkurang dan itu berarti saya tak akan pernah benar-benar sembuh.
Mencoba Altenatif Lain
Saya bertanya-tanya di mana orang-orang yang sependeritaan itu. Siapa orang lain di dunia yang mengidap lupus?, akhirnya saya pergi ke dokter ahli Rhematologi di daerah Kawi Malang. Dengan kondisi badan yang kurus serta kedua tangan menghitam dan mengeras. Sesampainya disana saya bertemu dengan Prof.Dr. Handono dan kemudian saya diberi suntikan dan obat Celcept yang harganya tidaklah murah buat saya dan keluarga. Sembari menunggu perkembangan pasca berobat kurang lebih 1 minggu, 2 minggu, hingga hampir 1 bulan, akhirnya menunjukkan adanya perubahan berkat mencoba pengobatan tersebut dan sayapun merasa jauh sedikit lebih membaik.
Pada tanggal 9 November 2007 saya mencoba kembali ke Rumah sakit Umum (RSU) dengan hal yang sama yaitu membawa Asuransi Kesehatan (ASKES) ditangan. Saya mencoba pemeriksaan laboratorium lagi oleh Dr. Putra dan hasil pemeriksaan menunjukkan hasilnya bahwa saya negatif dan kemudian sayapun diberikan obat lagi yaitu Aspilet dan Calcept. Hampir setiap bulan saya melakukan control kesehatan saya, yang akhirnya pada tanggal 8 Januari 2008 berujung saya harus menjalani Biobsi dengan Dr. Rulli R. di RSU dan hasilnya bisa di bilang kurang representative karena tidak tampak endapan kompleks imun pada tubuh saya.
Mengetahui hal yang terjadi pada saya saat itu, tidak membuat saya patah arang terutama keluarga saya yang selalu bekerja keras dalam memberikan semangat serta berusaha mencarikan pengoobatan terbaik demi kesembuhan diri saya dari lupus tersebut. Saat lupus setia menemani saya, kegiatan rutin yang kerap saya kerjakan yaitu saya mulai rajin melakukan kontrol dan serta mengikuti beberapa terapi pengoobatan. Semua itu saya lakukan demi kesembuhan diri saya dan terlepas dari sahabatku lupus yang nakal. Untuk melakukan itu semua, saya mulai memberanikan diri untuk meminta ijin kepada atasan dimana tempat saya bekerja saat itu.
Saya sadar bahwa safari penyembuhan saya dari penyakit lupus ini akan sulit. Saya juga tahu bahwa safari ini butuh keberanian dan kesabaran dalam menjalaninya. Saya tahu bahwa saya tidak akan sendirian dalam pencarian penyembuhan ini. Akhirnya pada tanggal 26 Juli 2008, saya mulai menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan seminar-seminar kesehatan yang berhubungan dengan lupus. Acara seminar pertama yang saya ikuti diselenggarakan oleh PARAHITA yang berlangsung di Lab.Kawi 31 Malang bersama Orang Dengan Lupus ‘ODAPUS’ serta peserta seminar lainnya yang tidak menderita lupus. Setelah itu, saya memperoleh lebih banyak kemampuan dalam mennyelidiki penyakit saya, berbicara dengan para dokter, dan mereka  menangani perawatan-perawatan saya. Hal itu membuat saya bisa mengatasi secara lebih baik penyakit saya, dan berfikir lebih positif. Melalui seminar kesehatan yang saya ikuti membuat saya bertemu ODAPUS lainnya, dan dari situlah saya dan mereka bersama-sama saling memberikan dukungan demi kesembuhan dari penyakit lupus yang nakal ini. Namaun, safari penyembuhan saya tidak berhenti hanya pada saat itu saja, saya masih harus melakukan safari kesehatan dengan selalu melakukan kontrol kesehatan, yang saya lakukan setiap bulan. Selain itu, demi menjaga kondisi saya hingga saya bisa dinyatakan aman dari lupus yang nakal ini, saya juga dianjurkan menjaga pola makan, serta bisa mengatur waktu istirahat saya, itupun saya lakukan demi kesembuhan saya dari lupus sepenuhnya.

*hub@hub@... >_^

Coba Jadi Penulis 2

Lupus Sahabatku yang Nakal
‘Siti Nurmaratus’
Riwayat kesehatan saya begitu panjang, bagai safari kehidupan yang tidak kunjung bertemu ujungnya. Pernah menderita penyakit kuning saat saya duduk dibanku sekolah TK. Gejala penyakit ini kembali kambuh sejak saya masih siswi SMA dan berlanjut hingga saya beranjak dewasa. Saya kerap mengalami sakit perut yang tidak biasa, dan itu sering saya rasakan meskipun tidak mengalami datang bulan. Selain itu rasa pusing yang tidak biasa juga sering menyerang, dan diikuti oleh badan yang mulai melemah. akhirnya saya memberanikan diri dengan memeriksakan kesehatan ke dokter umum pada saat itu, seperti biasanya sang dokter mendiagnosa saya menderita penyakit Mag biasa. Tapi, safari kesehatan saya tidak hanya berhenti disitu saja, akhirnya safaripun berlanjut, dengan saya sering memeriksakan diri ke dokter. Karena, pada saat itu tekanan darah dan HB saya selalu menunjukkan tanda dibawah standar bisa dibilang cukup rendah dan tidak stabil.
Safari kehidupan sayapun berlanjut, ketika ada seorang pria menaruh hati pada saya. rasanya saya tertawa dalam hati, pria ini nekad ingin menikahi saya. Maka, mulai terbukalah tabir tentang penyakit saya yang sebenarnya. Walau saat itu belum ada kejelasan tentang penyakit apa yang saya derita ini.  Anehnya, semakin pria itu tahu siapa diri saya, semakin nekat ia mendekati saya dan semakin serius dalam menjalani hubungan, akhirnyapun kami menikah.
Janin itu Pun Lepas
Beruntung penyakit yang kuderita tak menghambat hubungan suami-istri dan mendapatkan anak. Maka setelah menikah enam bulan, saya berganti konsultasi kepada dokter kandungan dengan harapan bisa segera hamil. Namun, diagnosa dokter kandungan cukup membuat khawatir saya dan suami saat itu, karena kandungan saya dinyatakan dalam kondisi lemah dan sayapun dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kandungan. Safari demi bisa hamil tetap saya lakukan hingga menginjak waktu tujuh bulan dari masa menjalani pemeriksaan rutin tapi masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Saya mulai sedikit lelah menjalani pemeriksaan rutin itu, akhirnya pemeriksaan saya hentikan berdasarka perijinan dari suami. Hampir putus asa, sempet mendera jiwa karena saya sempat berfikir, apakah karena usia saya menikah memang dirasa sudah cukup terlambat yaitu 36 tahun dan hal itu mempengaruhi kesuburan kandungan saya saat itu. Namun, saya dan suami tidak mudah larut dan menyerah dalam sebuah rasa putus asa, akhirnya safari demi mendapatkan sang buah hati tetap kami lanjutkan. Maka, tepatnya pada bulan April tahun 2000, saya dinyatakan positif hamil. Sungguh bagaikan ketiban bulan saya dan suami menyambut dengan suka cita, namun ternyata ada rencana lain dari Alloh S.W.T. terhadap keluarga kecil yang baru kami bina saat itu, saya mengalami keguguran dan janin dalam kandung saya hanya bisa bertahan selama 10 minggu saja.
Tepatnya pada tahun 2003, saya dinyatakan hamil kembali. Saya bahagia karena akan mendapat keturunan dan sebagai wanita, saya merasa paling sempurna di dunia. Pada kehamilan yang kedua, saya sangat berhati-hati menjaganya, bahkan safari dalam melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin mulai saya lakukan kembali. Dikarenakan keadaan kandungan begitu lemah, hal itu terbukti dengan hasil tekanan darah saya yang selalu berada di bawah 100/70-10 dengan HB menunjukkan angka selalu dibawah 10. Dengan kondisi yang seperti itu, kebahagiaan itupun lenyap saat dokter kandungan mengatakan jika saya keguguran kembali. Saya hanya berhasil mempertahan kandungan hingga berusia 18 minggu saja.
Pada saat kegugugran yang ke dua, tensi darah saya menunjukkan angka yang sangat rendah sekali yaitu 86/66 dan tidak memungkinkan bagi saya melewati proses kuret tanpa pembiusan, guna membersihkan rahim calon jabang bayi yang masih menempel di dalam rahim.
Keluhan yang Tidak Kunjung Membaik
Pasca melakukan kuret, saya merasa jauh lebih baik serta kondisi badan saya jauh lebih sehat, itulah yang saya rasakan. Aktifitas sehari-hari kerap saya lakukan seperti biasanya, baik rutinitas dikantor maupun dirumah. Maklum selain menjadi ibu  rumah tangga, saya juga bekerja dikantor pemerintahan desa yang jaraknya tidak terlalu jauh karena bisa ditempuh dengan jalan kaki dari rumah.
Penderitaan belum juga usai, dan tampak tidak ingin pergi dari kehidupanku. Penyakitku kambuh,  Walau tidak pernah tahu secara jelas penyakit apa yang saya derita ini. Saat itu, saya memang terlampau letih yang teramat sangat karena rutinitas sehari-hari. Pusing yang tidak  biasa kerap saya rasakan serta sakit perut yang sering mendera. Akhirnya saya pergi ke salah satu dokter umum guna memeriksakan keadaan kesehatan yang sering melemah. Sesuai diagnosa dokter saya dinyatakan sakit mag biasa karena makan yang kurang teratur serta pusing karena terlalu kelelahan saja. Semua itu saya anggap hal yang biasa, dengan bantuan obat dari dokter saya bisa tidur dengan nyenyak tanpa keluhan apapun yang mendera. Seakan-akan semua keluhan itu menghilang dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Safari penderitaan saya belum berakhir hanya dengan keluhan pada lambung dan pusing saja. Bagaikan mendapatkan goresan sembilu yang tajam, yang mengonyak-ngoyak mulut dan bibir saya saat itu, membuat saya sulit merasakan nikmatnya rasa manis, dan gurih. Sariawan yang tidak kunjung sembuh, dan hal itu saya rasakan selama empat bulan lamanya dan cukup membuat berat badan menurun secara drastis. Mulanya saya anggap hanya sakit sariawan ringan yang akan segera membaik. Tapi, ternyata itu bukan sakit sariawan biasa.
Banyak alternatif serta saran dari teman dan sanak sodara yang saya lakukan guna menyembuhkan sakit sariawan yang saya derita saat itu. Akhirnya, saya pergi ke Puskesmas terdekat dan saya ikuti anjuran dari dokter. Selain itu, safari penyembuhan tetap saya lakukan dengan cara minum obat tradisional, tapi tetap saja itu semua tidak membuat sakit sariawan yang saya derita kunjung membaik dan malah jauh dari kata sembuh.
Apa Sebenernya yang Saya Derita?
Hal ini mengkhawatirkan saya karena saya menemukan bahwa saya mulai sulit menemukan cara perawatan jika saya tidak tahu sifat penyakit saya di luar gejala-gejala yang tampak. Kemudian pada bulan April 2008, Memberanikan diri itu yang saya lakukan. Selain dukungan dari keluarga, akhirnya teman saya yang tidak berhenti memberikan dukungannya mengajak saya untuk memeriksakan kondisi kesehatan ke rumah sakit umum (RSU). Berbekal surat rujukan ke Poli dalam, akhirnya safari pencarian apa penyakit yang saya derita membawa saya bertemu dengan Dokter Putra. Begitu banyak tanda tanya bersemayam dibenak saya saat itu. Dr.Putra menanyakan secara rinci bagaimana riwayat penyakit saya sejak kecil, akhirnya, terbukalah riwayat penyakit yang saya derita.
Pernah mengidap penyakit kuning, mulai dari jadwal datang bulan yang tidak teratur,  nyeri pada lambung yang tidak biasa, mudah terserang pusing dan kondisi tubuh cepat melemah, semua itu saya ceritakan kepada Dr.Putra. Tidak lupa disaat saya diserang penyakit kulit dan sakit gigi yang tak kujung membaik pula, itu juga saya ceritakan kepada Dr.Putra. hingga pada titik akhir, saya menderita sariawan yang cukup lama. Dengan begitu seksama Dr.Putra mendengarkan semua riwayat penderitaan saya dengan penyakit yang belum jelas itu. Safaripun berlanjut dengan sebuah pengantar dari Dr.Putra untuk melakukan tes darah ke laboratorium RSU serta tes ke laboratorium kawi.
Kurang lebih hampir selama 18 tahun saya hidup dengan bayang-bayang penyakit yang tidak pernah jelas. Karena diagnosa dokter umum saat itu, yang selalu berbeda dan hanya menunjukkan diagnosa yang biasa aja, membuat saya tenang dalam menyikapinya walau gejala-gejala itu kerap kambuh. Selama 18 tahun juga saya bertanya-tanya, sebenarnya penyakit apa yang saya derita. Berbekal surat pengantar dari Dr.Putra, akhirnya sayapun pergi ke laboratorium tersebut.
Sungguh sudah jatuh masih tertimpa tangga pula, mungkin itu metafora yang pas buat menggambarkan keadaan saya saat itu. Hasil laboratorium menyatakan bahwa saya positif menderita Lupus.
Depresi Menyerang saya
Syok berat, itulah yang saya rasakan, karena diberi tahu oleh dokter bahwa, sementara saya hanya bisa lebih sehat dengan gejala-gejala lupus saya yang bisa berkurang dan itu berarti saya tak akan pernah benar-benar sembuh. Depresi berat, baik secara fisik maupun psikis sehingga hal itu benar-benar membuat kegiatan rutin saya terganggu. Demikian pula yang terjadi kepada suami saya, depresi sempat menyerang dia juga.
Depresi berat saya rasakan hanya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Penjelasan dari dokter saat itu tentang apa penyakit lupus itu, sedikit banyak membuat saya dan suami lebih baik dalam menyikapinya. Banyak saran-saran kesehatan yang dianjurkan demi mengurangi penderitaan dari sahabatku lupus yang nakal ini dan semua itu saya lakukan dengan sabar dan penuh keberanian. Tidak terlarut dalam keterpurukan yang begitu lama, karena saya dan suami, menyadari bahwa ini semua adalah kehendak dari yang Alloh SWT. Dan kamipun pasrah dan berserah diri kepada-Nya.
Dukungan Pun Berdatangan
Berbagai anjuran demi kesembuhan saya lakukan, hingga pada akhirnya saya dianjurkan untuk melakukan Biobsi, tapi proses itu berjalan kurang baik dan urung dilaksanakan karena dalam proses biobsi menyatakan bahwa posisi ginjal saya tidak berada pada tempatnya sesuai anatomi tubuh yang sebenarnya.  Demi menjalankan proses tersebut, sebelumnya haruslah mendatangkan dokter anatomi terlebih dahulu. Untuk mengatasi hal tersebut dan demi meringkan penderitaan saya dengan lupus yang nakal itu, dokterpun memberi obat ginjal dan menganjurkan saya untuk memperbanyak minum air putih sebagai langkah antisipasi saat itu.
Mungkin karena penderitaan ini telah panjang saya lalui, maka semuanya saya hadapi tanpa beban. Saya tahu semua orang merisaukan kondisi saya saat itu, terutama keluarga dekat saya. Namun, banyak teman-teman yang bersimpati dengan kondisi saya, sehingga saya dan suami akhirnya bisa menerima keadaan terebut dengan tawa.
Tabah, itulah yang saya lakukan. Saya mulai menggerjakan rutinitas saya baik dikantor maupun dirumah sebagaimana biasanya saya lakukan. Tidak berhenti bersafari untuk mencari tahu tentang penyakit lupus yang saya derita, terus saya lakukan dengan penuh kesabaran dan keberanian. Karena hanya dengan cara itulah saya merasa jauh lebih baik karena saya menjadi tahu, harus bagaimana memperlakukan sahabat lupus saya yang nakal itu.
Dukungan berdatangan membuat saya lebih bisa menerima keadaan, karena semua dukungan yang saya terima selalu mengarahkan untuk selalu berfikir positif, bahwa segala macam bentuk penyakit yang diberikan oleh Alloh SWT. Adalah coba’an yang harus kita hadapi dan disikapi dengan ketabahan. Selalu berdoa dan memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, itulah yang saya lakukan.

**hub@hub@ ^_^